Waah ... akhir-akhir ini kata “galau” merebak di Indonesia. Seperti virus, awalnya biasa saja
 dengan istilah “galau”, namun lama-lama kata “galau” menjadi sesuatu 
yang sangat sensitif terutama bagi mereka yang tengah berada pada 
masa-masa rentan jatuh cinta. Dimana-mana banyak yang menggunakan 
istilah ini untuk mewakili perasaan mereka yang tidak sesuai dengan apa 
yang diharapkannya atau merasa mengharapkan sesuatu tak kunjung tiba tau
 mungkin perasaan yang tidak menentu. Nah untuk itu bagi kawan-kawan 
yang sedang mengalami kegalauan ataupun apa itu namanya bolehlah simak 
uraian dibawah, yang memang sengaja ingin aku tuliskan untuk mengobati 
kegalauan kawan-kawan mungkin sja bisa membantu dan akhirnya 
“galau-galau” yang ada di hati kawan-kawan hilang atau paling tidak 
meminimalisirnya. Yuk simak ….
Apakah kawan-kawan pernah merasakan jatuh cinta? Hmm, so pasti pernah
 merasakannya, mungkin kepada seseorang yang entah itu menjadi kekasih 
ataupun ternyata hanya bertepuk sebelah tangan atau bahkan cinta yang 
terpendam. Yang jelas ketika kita merasakan jatuh cinta ada satu 
perasaan yang sangat tidak nyaman yaitu harap-harap cemas yang tak 
menentu. 
Mungkin bagi yang merasakan jatuh cinta lalu cinta itu terungkap dan ternyata gayung bersambut, maka perasaan itu menjadi perasaan lega, tak lagi merasa galau. Lalu bagi mereka yang merasakaan jatuh cinta namun cintanya bertepuk sebelah tangan, sang pujaan hati menolak anda, apa boleh buat maka perasaan yang tak nyaman itu muncul, timbul rasa “galau” yang memuncak dan mungkin bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Lalu bagaimana dengan mereka yang cintanya hanya ada di hati yang tidak terungkapkan, maka rasa “galau” itu muncul sejak awal dan mungkin akan membuat kita sangat tidak nyaman benar-benar tidak nyaman. Betul begitu kan?
Mungkin bagi yang merasakan jatuh cinta lalu cinta itu terungkap dan ternyata gayung bersambut, maka perasaan itu menjadi perasaan lega, tak lagi merasa galau. Lalu bagi mereka yang merasakaan jatuh cinta namun cintanya bertepuk sebelah tangan, sang pujaan hati menolak anda, apa boleh buat maka perasaan yang tak nyaman itu muncul, timbul rasa “galau” yang memuncak dan mungkin bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Lalu bagaimana dengan mereka yang cintanya hanya ada di hati yang tidak terungkapkan, maka rasa “galau” itu muncul sejak awal dan mungkin akan membuat kita sangat tidak nyaman benar-benar tidak nyaman. Betul begitu kan?
Itu artinya antara cinta dan kegalauan sangatlah berkaitan secara 
langsung, ibarat dua sisi mata uang yang tak mungkin terpisahkan, dan 
bahkan saling berkebalikan. Nah kegalauan ini muncul karena cinta yang 
hadir bukan di saat dan tempat yang tepat, yaitu cinta hadir sebelum 
adanya ikatan sah pernikahan. Lalu mengapa “galau” menggelayuti hati?? 
Hal ini karena dalam hidup kita tidak memiliki prinsip “maa fii qolbi ghoirullah”
 artinya tidak ada di hatiku kecuali Allah Subhanahu wata’ala. Jika 
dalam hidup kita menerapkan prinsip ini maka apapun kondisi kita baik 
itu fisik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya tak akan mengalami 
kegalauan, hidup kita akan tenang. Ketika dalam hati kita hanya ada 
Allah semata, maka apapun yang terjadi entah itu kesulitan dalam 
ekonomi, atau sosial atau juga masalah pendamping hidup kita akan tetap 
tenang, tidak ada “galau” di hati, karena kita merasa yakin bahwa Allah 
akan memberikan yang terbaik, dan apapun yang menimpa kita hanyalah 
ujian dariNya. 
Semua kita pasrahkan kepadaNya sehingga kita akan mudah 
menerima apapun yang diberikan olehNya. Namun, jika ada satu saja di 
hati kita selain Allah maka hidup kita akan menjadi “galau”. Sebagai 
contoh, di hati kita tidak ada yang namanya harta, jabatan, dan yang 
lainnya tetapi kita mengincar seseorang wanita/laki-laki untuk menjadi 
milik kita maka tetap saja akan timbul “galau” di hati kita. Walaupun 
kita setiap saat berdoa pada Allah, ibadah-ibadah kita rajin dan 
khusyuk, tapi doanya adalah ingin memiliki “dia”, maka itu tetap saja di
 hati kita bukan ada Allah, tapi Allah hanya sebagai perantara kita dan 
“dia”. Karena itu kita akan merasakan kegalauan yang luar bisa jika kita
 belum memilikinya. Tapi jika kita benar-benar hanya memiliki Allah di 
hati kita maka tak akan merasakan hal-hal yang demikian kita pasrahkan 
semuanya bahwa jika Allah telah sampaikan jodoh kita maka pasti akan 
datang di waktu yang tepat.
Lalu apakah jika di hati kita hanya ada Allah kita tidak bisa 
mencintai yang lain? tentu saja tidak, kita tetap saja bisa mencintai 
yang lain. Cinta kita pada yang lain inilah yang dinamankan “sebenarnya 
cinta”, cinta ini akan tumbuh dan bersemi karena Allah semata. 
Sebenarnya cinta akan terasa kesejukkannya pada saat kebeningan hati 
bertemu dengan kelezatan nafsu. Dalam diri manusia, Allah menciptakan 
dua bejana yaitu hati dan nafsu. Coba kita analogikan nafsu dengan susu,
 telur, madu dan jahe. Jika kita dihidangkan hidangan seperti ini 
bagaimana? Dalam sebuah gelas kita dihidangakan susu, telur, madu dan 
jahe?? Tentunya kita akan merasa “galau” apa yang akan dilakukan dengan 
bahan itu, ketika kita pikir bahwa itu adalah minuman STMJ tentunya kita
 bertanya-tanya bagaimana bisa minum jika terpisah-pisah seperti itu 
bukan?? Maka agar kita bisa merasakan kelezatan hidangan ini kita 
membutuhkan air. Dengan ditambahkan air dan kita aduk semua bahan-bahan 
itu maka jadilah minuman yang lezat yaitu susu telur madu jahe atau 
istilah kerennya STMJ. Nah air yang kita campurkan kedalam susu, telur, 
madu dan jahe kita analogikan dengan hati. Jadi kita bisa bayangkan 
betapa enak dan nikmatnya minuman itu. Jelas bahwa susu, telur, madu dan
 jahe adalah sesuatu yang lezat. Inilah yang dinamakan kelezatan nafsu. 
Air yang bening disebutkan sebagai kebeningan hati yang mampu 
mencampurkan menjadi segelas minuman yang bisa kita nikmati.
Secara nyata isi dari nafsu adalah perasaan susah-senang, 
takut-berani, benci-cinta, dan sebagainya. Nafsu inilah yang menimbulkan
 keinginan dalam diri kita. Dari keinginan-keinginan ini maka akan 
timbul perbuatan. Lalu apakah isi dari hati?? Isi dari hati adalah tiga 
hal yaitu benar, baik dan mulia. Benar disini yaitu benar menurut Allah 
Subhanahu wata’ala. Baik yaitu membaikkan perasaan orang kepada diri. 
Orang yang berbuat baik belum tentu orang baik. Mulia adalah mengangkat 
nilai diri di hadapan Allah.
Lalu bagaimana dengan “cinta” yang dari hati?
Cinta yang benar adalah cinta yang sesuai dengan keinginan Allah, kriterianya adalah :
- Tidak mencintai karena penampilan fisik
- Tidak membeda-bedakan cinta
- Tidak ada harapan untuk memiliki
- Tidak ada cinta dalam kemungkaran
Cinta yang baik adalah :
- Tidak menimbulkan dampak negatif (misal VMJ (virus menuju jahanam), berkhayal dan lain sebagainya).
- Menjadi energi penyemangat untuk melipat gandakan ibadah dan amal shalih
- Membuat diri luluh dalam kebeningan dan kesucian
Cinta yang mulia adalah :
- Menyejukkan hati siapapun
- Tidak menggejolakkan nafsu orang lain
- Menginspirasi kebaikan untuk sesama
- Menjadi contoh teladan bagi siapapun yang menginginkan sebenarnya cinta.
 Semoga Tulisan ini bermanfaat dan kita bisa mengerti cinta Allah SWT yang sesungguhnya. 
Amin ya Robal 'alamin 


 



Post a Comment